Wartasentral.com, Depok – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok menggelar kegiatan sosialisasi gerakan serentak tanpa tembakau, untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025, di Aula Rumah Sakit Hermina Depok, Jalan Siliwangi, Senin (16/6/2025).
Kepala Dinkes Kota Depok, dr. Mary Liziawati menekankan pentingnya langkah konkret dan kolaboratif, dalam menghadapi permasalahan rokok yang semakin mengkhawatirkan.
“Ini menjadi tantangan bagi kita semua, bagaimana permasalahan pokok ini bisa kita atasi. Yang paling penting adalah, bagaimana mencegah perokok pemula, terutama anak-anak kita, agar tidak mencoba dan mengenal rokok sejak dini,” urainya.
Ia memaparkan, berdasarkan data Sistem Informasi Puskesmas tahun 2023, tercatat sebanyak 26.965 pasien menderita penyakit akibat rokok, seperti kanker paru dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Angka ini mengalami peningkatan sebesar 7,9% pada tahun 2024.
Sebagai bentuk keseriusan pemerintah, Kota Depok telah menerapkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR), yakni Perda Nomor 3 Tahun 2014, yang kemudian diperbarui menjadi Perda Nomor 2 Tahun 2020.
Revisi ini memuat penambahan regulasi terkait rokok elektrik atau vape, yang kini semakin banyak digunakan masyarakat, termasuk kalangan remaja.
“Rokok elektrik juga memiliki bahaya yang sama, bahkan bisa lebih parah dari rokok konvensional. Ini perlu terus kita sosialisasikan, terutama kepada generasi muda,” tambahnya.
Dr. Mary juga menyampaikan hingga saat ini, Kota Depok telah membentuk 26 Kampung KTR dari total 930 RW, dan jumlah tersebut akan terus ditingkatkan.
Pemerintah juga menyediakan Klinik UBM (Upaya Berhenti Merokok) di seluruh Puskesmas, yang bisa dimanfaatkan pelajar, guru, pegawai, dan masyarakat umum yang ingin berhenti merokok.
“Silakan manfaatkan Klinik UBM ini. Kalau ada warga atau pelajar yang ingin berhenti merokok, bisa dirujuk ke puskesmas terdekat,” arahnya.
Ia turut memberikan apresiasi kepada forum anak, forum pelajar, duta literasi, KPMD, dan forum genre atas peran aktif mereka dalam menyuarakan pola hidup sehat tanpa rokok. Ia menilai, pendekatan dari teman sebaya lebih efektif dibandingkan hanya dari orang dewasa.
“Kalau orang dewasa yang menasihati, anak-anak kadang enggan mendengar. Tapi kalau dari teman sebaya, biasanya lebih nyambung. Ini yang harus kita manfaatkan dalam kampanye antirokok,” pungkasnya. (Key)