Ujang Bey Tolak Usulan Koalisi Permanen Masuk Dalam RUU Pemilu

Anggota Komisi II DPR RI Fraksi Nasdem Ujang Bey (foto : Ist)

Wartasentral.com, Jakarta -Anggota Komisi II DPR RI Ujang Bey, dengan tegas menolak usulan koalisi permanen diatur dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilu.

Usulan ini sendiri disampaikan Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia, di acara Partai Golkar yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto.

Ujang Bey menilai , saat ini urgensi dari koalisi permanen masih rendah ditambah dinamika politik setiap pemilu berbeda.

Ia juga mengatakan, memasukkan koalisi permanen dalam regulasi baru tidak mendesak dan bukan fokus utama.

RUU tersebut menurutnya seharusnya mengatur tata kelola penyelenggara agar berjalan sesuai prinsip demokrasi, bukan hubungan politik antarpartai.

“Pola koalisi diatur dalam undang-undang, akan membatasi fleksibilitas demokrasi yang menjadi kekuatan sistem politik Indonesia,” kata Bey di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

Legislator Fraksi Nasdem ini lantas menyinggung dalam pembahasan fundamental seperti ambang batas parlemen, setiap partai politik memiliki sikap yang berbeda.

“Koalisi, belum tentu sefrekuensi. Masih ada kepentingan-kepentingan yang perlu dinegosiasikan bersama,” bebernya.

Menurut Bey, usulan koalisi permanen dalam UU Pemilu belum saatnya diwujudkan. Yang lebih dibutuhkan adalah, konsistensi menjaga pemilu tetap terbuka, inklusif dan memberi ruang kompetisi sehat antarpartai.

Ia menambahkan, membangun bangsa tidak dapat dilakukan dengan pendekatan politik yang kaku. Ia menyebut, Indonesia membutuhkan pemimpin dengan jiwa kenegarawanan untuk menjaga persatuan politik.

“Jiwa ke negarawan itu, sudah dimiliki Presiden Prabowo. Beliau merangkul tidak hanya partai pendukung, tapi seluruh partai,” tegasnya.

Selain itu, sikap inklusif Presiden Prabowo telah menciptakan stabilitas politik di parlemen. Sejumlah agenda besar pemerintah dapat berjalan, karena seluruh fraksi memiliki pandangan yang sama terkait kepentingan rakyat.

“Ini bukan soal bagi-bagi kekuasaan, melainkan niat luhur membangun bangsa,” tekannya.

Program besar pemerintah selama ini, mendapatkan dukungan dari partai-partai tanpa ada koalisi permanen.

Menurut Bey, hal tersebut menunjukan kematangan politik dan soliditas antarpartai dalam menyukseskan agenda nasional.

Meski demikian, Bey menegaskan kritik di DPR tetap akan muncul sebagai fungsi pengawasan. Menurutnya, kritik tersebut lebih banyak diarahkan kepada implementasi kebijakan di tingkat kementerian.

“Jangan sampai program bagus dari Presiden, tidak bisa diterjemahkan dengan baik oleh para menterinya,” ujar legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Barat IX yang meliputi Sumedang, Majalengka, dan Subang ini. (Berb)

Tinggalkan Balasan