Wartasentral.com, Jakarta – Pernyataan kontroversial Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jakarta dari PKS Suswono, yang menyarankan janda kaya menikahi pria pengangguran dengan mencontohkan kisah Khadijah dan Nabi Muhammad, menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya pada elektabilitas pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi A Rafiq, yang diusung PKS dan Golkar.
Menjawab itu, pengamat politik sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (Fisip UI) Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, menyebut pernyataan Suswono berpotensi mempengaruhi turunnya suara PKS di Pilkada Depok.
Namun, ia menggarisbawahi, dampak akibat pernyataan Suswono, bisa bervariasi tergantung respons pemilih.
Menurutnya, pemilih di Depok dan Indonesia umumnya sudah memiliki preferensi sebelum kampanye dimulai, sehingga dampak dari pernyataan atau isu tertentu, baik positif maupun negatif, tidak selalu besar.
“Uniknya para pemilih di Indonesia, di banyak pelajaran Pemilu, biasanya para calon pemilih itu sudah punya preferensi,” ujarnya, usai menghadiri rilis survei Pilkada Depok, di Kantor PWI, Selasa (5/11/2024).
Prof. Semiarto Aji juga menekankan, serangan negatif maupun promosi positif dalam kampanye politik, memiliki pengaruh yang tak mudah diprediksi.
Ia menyampaikan, banyak pemilih yang telah memiliki pilihan tetap, sehingga berbagai isu mungkin hanya memberikan dampak yang minimal.
“Tapi orang-orang di Indonesia khususnya di Depok, sudah punya preferensi. Kita tidak melihat secara masif, massa kalau di konsep lama itu massa yang ngambang,” tambahnya.
Sejak pernyataan Suswono muncul, spekulasi tentang dampaknya terhadap elektabilitas Imam-Ririn semakin berkembang.
Pasangan tersebut memiliki basis di Depok, terutama dari massa PKS yang dikenal setia.
Namun, apakah pernyataan tersebut akan mengubah persepsi pemilih terhadap PKS dan berdampak pada suara Imam-Ririn, masih menjadi tanda tanya.
Para pengamat sepakat, respons pemilih terhadap isu politik sangat dipengaruhi preferensi awal mereka.
Dalam konteks itu, apakah satu isu serangan negatif atau promosi satu yang positif, akan mempengaruhi pilihan?
“Nampaknya sih iya, tapi besar kecilnya kita tidak bisa prediksi karena semua orang sudah punya prinsip,” pungkas Prof. Semiarto Aji. (Cky)