Momen Hardiknas 2025, Anggota Dewan HBS Launching Buku Manajemen GLS

Momen Hardiknas 2025, Anggota Dewan HBS Launching Buku Manajemen GLS
Anggota DPRD Depok HBS bersama Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang juga plt Camat Tapos Utang Wardaya, Lurah Cilangkap Teguh Santoso, Ketua Tim Pokja 2 PKK Mewakili Bunda Literasi dan RT, RW setempat. (Foto: ist)
Bagikan:

Wartasentral.com, Depok – Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2025, anggota DPRD Kota Depok H Bambang Sutopo (HBS) yang juga Pembina Yayasan Pendidikan Ruhama, melaunching buku Manajemen Gerakan Literasi Sekolah (GLS), di Sekolah SMPIT dan SMAIT Ruhama, Jumat (2/5/2025).

HBS menyampaikan, GLS merupakan gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Salah satunya, ditempuh untuk mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat (melek literasi) dan pembiasaan membaca peserta didik.

Buku Manajemen GLS, menjadi sumbangan H Bambang Sutopo dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan mendukung gerakan literasi sekolah.

“Ini sebenarnya, disertasi S3 saya tentang gerakan literasi sekolah yang saya jadikan buku. Harapannya, ingin buku lebih mudah bagi siapa saja, kalau disertasi kan tebal ya,” tukasnya.

Menurutnya, buku tersebut menjadi amal jariah dirinya kepada masyarakat. Buku manajemen GLS sendiri, berisi bagaimana memulai gerakan literasi sekolah agar memunculkan minat baca siswa.

Dengan buku manajemen GLS itu, nanti tidak ada lagi alasan sekolah-sekolah mengatakan tidak ada pangkalan, tidak ada ruang khusus baca, tidak ada ruang literasi. Padahal, bisa dimulai dari per kelas dengan program membaca 15 menit sebelum pelajaran sekolah dimulai.

“Bisa dimulai dari program membaca dan dinilai oleh guru-nya, juga diberikan apresiasi bila bisa.menjelaskan kembali apa yang siswa baca,” cecar Anggota Dewan PKS Dapil Cilodong – Tapos itu.

Ia mengharapkan, dengan launching buku itu, para pendidik bisa memanajemeni program GLS itu di semua sekolah.

Pasalnya, tandas HBS, itu merupakan peraturan menteri yang sudah lama dengan melakukan gerakan membaca 15 menitz sebelum pelajaran dimulai.

“Ini kalau dilakukan terus, insya Allah anak-anak kita terhindar dari gadget, kecanduan gadget yang tentu tidak menimbulkan minat baca,” tegasnya.

Di beberapa sekolah, imbuhnya, sudah mulai, di beberapa negara juga sudah mulai ditiadakan sekolah yang menggunakan HP.

“Bahkan kemarin hasil penelitian di Bali, saya baca sudah ada anak siswa tidak bisa baca. Padahal sekolah, tidak bisa baca,” sambungnya.

Ia menjelaskan, Buku manajemen GLS berisi bagaimana Gerakan Literasi Sekolah dimulai dari perencanaan, penerapan hingga hasilnya dievaluasi.

“Jadi intinya, proses manajemen sudah dimulai dari perencanaan sampai kepada evaluasi GLS itu. Program membaca itu bisa tepat, sehingga hasilnya memang maksimal dengan manajemen yang tepat,” cetusnya.

GLS sebuah gerakan yang masih perlu kolaborasi, dimana semuanya harus dilibatkan. Dari mulai pemerintah, swasta, PKK, bidang pendidikan, kemudian masyarakat yang terlibat, ada posyandu, lingkungan. Jadi gerakan ini masif, tidak sebatas di sekolah. (Rik)

Tinggalkan Balasan