Banyak Warga Depok Tidak Diperhatikan, Chandra Sebut Saatnya Perubahan

Paslon Nomor 2 Supian - Chandra (foto: iNews YouTube)
Bagikan:

Wartasentral.com, Jakarta – Calon Wakil Wali Kota Depok nomor urut 2 Chandra Rahmansyah, memberikan pernyataan yang cukup menohok pada akhir debat publik putaran kedua Pilkada Kota Depok, Kamis malam (14/11/2024).

“Ketika saya blusukan, saya berkeliling RW 28 di Abadi Jaya, saya bertemu Pak Solihin dan saat itu saya lihat banjir sedang menggenangi wilayah tersebut,” ungkap Chandra.

Beliau bilang, lanjutnya, ini sudah bertahun-tahun pak, pemerintah-pemerintah sebelumnya, walikota-walikota sebelumnya yang datang ke kami cuma janji pak, akan mengatasi, nyatanya nggak diatasi-diatasi.

Kemudian setelah ia cek, ternyata itu masalahnya cuman ada sumbatan sampah disaluran air, yang ada di Pasar Agung.

Selanjutnya, Chandra mengatakan, ketika dirinya blusukan ke Mekarjaya, ia juga sempat bertemu dengan Bekti yang memiliki seorang anak bernama Aditya, berusia 14 tahun.

“Anak itu, berkebutuhan khusus dan ironisnya tidak diterima bersekolah di SLB Negeri,” utaranya

Sampai hari ini, tandasnya, Aditya tidak bersekolah dan tidak ada bantuan sama sekali dari Pemerintah Kota Depok.

Chandra pun mengaku sempat bertemu dengan Wati, yang memiliki putra. Saat ini putranya di rumah sakit jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor.

“Dia korban dari bullyan di sekolah selama dua tahun, sehingga mengalami gangguan kejiwaan. Dia adalah perempuan kepala keluarga, sampai saat ini juga tidak pernah mendapatkan bantuan sosial dari Pemerintah Kota Depok,” bebernya.

Lantaran itu, ia memastikan, Supian-Chandra tidak perlu kartu-kartuan lagi.

“Semua tinggal datang ke kelurahan, semua akan ada datanya, kita akan berikan semua bantuan sosial itu,” tegas Chandra.

Bahkan mirisnya lagi, sambungnya, ketika kubu petahana meragukan program kuliah gratis untuk anak Depok.

“Tadi saya bilang semua anak Kota Depok harus bisa berkuliah, terus dibilang tidak ada anggaran. Padahal Silpa kita kemarin, sisa anggaran tidak terpakai Rp288 milyar,” unggahnya.

Bayangkan, kalau kita sekolahkan, kita kuliahkan semua, kita bekerja sama dengan universitas terbuka yang setahun cuman Rp3 juta satu semester, ada 23.000 lulusan.

“Anggaplah seluruh lulusan itu kita kuliahkan, hanya Rp 69 miliar. Tapi kenapa tadi dijawab tidak ada anggaran, Saya sungguh miris,” urainya.

Jadi, kata Chandra, apa yang mau dibanggakan kalau ada 15.000 anak tidak sekolah hari ini di Kota Depok.

“Apa yang mau kita banggakan, kalau di kota kita tidak ada madrasah aliyah negeri. Apa yang mau kita banggakan, kalau madrasah tsanawsiyah negeri cuman satu,” ucapnya.

Apa yang mau kita banggakan, tuturnya, kalau kota kita di labeli kota yang intoleran. Kota yang macet dan apa yang mau kita banggakan kalau banjir terjadi lebih dari 100 titik.

Lalu apalagi yang mau kita banggakan, bila kemiskinan sejak 2006 hingga 2003 meningkat dari 35.000 orang menjadi 65.000 orang.

Chandra menekankan lagi, apa yang mau kita banggakan? apa yang mau dilanjutkan? Yang begini ini mau dilajutkan ?

“Pastinya, perubahan adalah sebuah keharusan. Kita pastikan pilih nomor 2, untuk perubahan di Kota Depok,” pungkasnya. (Rik)

Tinggalkan Balasan