Ragam  

AHY Sebutkan 3 Strategi Kemakmuran & Kelanjutan Pembangunan ASEAN di Universitas Stanford

AHY Sebutkan 3 Strategi Kemakmuran & Kelanjutan Pembangunan ASEAN di Universitas Stanford
Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Republik Indonesia AHY,sebagai pembicara utama dalam forum Southeast Asia Summit on Prosperity and Sustainability yang diselenggarakan di Universitas Stanford, Amerika Serikat, Selasa kemarin. (Foto: berbua)
Bagikan:

Wartasentral.com, Jakarta – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Republik Indonesia Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan tiga strategi utama untuk mendorong kemakmuran yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN.

Hal tersebut Menko AHY sampaikan, saat hadir sebagai pembicara utama dalam forum Southeast Asia Summit on Prosperity and Sustainability yang diselenggarakan di Universitas Stanford, Amerika Serikat, Selasa kemarin.

Pertama, Menko AHY menekankan pentingnya mengintegrasikan keberlanjutan dengan kemakmuran. Ia menyebut transisi hijau harus dilihat sebagai peluang menuju masa depan yang lebih baik, bukan beban.

Ia juga menyoroti perlunya solusi iklim yang adil dan dapat diakses, terutama bagi kelompok rentan seperti petani dan pekerja.

“Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, telah mengadopsi strategi pembangunan yang mengintegrasikan ketahanan pangan, energi terbarukan, dan pembangunan infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan iklim,” tegas Menko AHY dalam keterangan tertulisnya, dimuat Rabu (21/5/2025).

Selanjutnya, putra mantan Presiden SBY itu, menyoroti pentingnya menghubungkan inovasi global dengan aksi lokal. Di tengah percepatan teknologi, Menko AHY menekankan kemajuan hanya akan bermanfaat jika mampu menjangkau mereka yang paling membutuhkan.

Teknologi seperti kecerdasan buatan, fintech, dan energi terbarukan, menurutnya, harus dikembangkan bersama komunitas dan sesuai dengan kebutuhan lokal.

“Teknologi dan inovasi seharusnya memberdayakan manusia, tidak boleh menggantikan atau meminggirkan,” imbuhnya.

Imperatif terakhir yang disampaikan Menko AHY adalah pentingnya memperkuat kerja sama regional. Ia menilai tidak ada satu negara pun, yang mampu menghadapi risiko sistemik seperti perubahan iklim, disrupsi rantai pasok, dan krisis pangan secara sendiri-sendiri.

Lantaran itu, ASEAN, menurutnya harus berperan sebagai platform pemecahan masalah yang efektif, bukan sekadar forum konsensus.

“Kita harus melangkah lebih jauh dengan memperkuat kapasitas kelembagaan, memperdalam kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta mempercepat inisiatif lintas negara,” tekannya.

AHY juga menekankan pentingnya komitmen terhadap multilateralisme dan perdamaian regional, agar rivalitas kekuatan besar tidak menghambat kemajuan kawasan.

“Indonesia siap berperan aktif, sebagai penghubung strategis dan motor penggerak agenda pembangunan inklusif dan berkelanjutan di kawasan,” pungkasnya.

Melalui tiga strategi ini, ketua umum DPP Partai Demokrat ini optimistis bahwa Asia Tenggara dapat membangun masa depan yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan, di mana kemakmuran dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat dan keberlanjutan menjadi pijakan utama pembangunan.

Pada forum ini turut hadir Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Ketua MPR Edhie Baskoro Yudhoyono, Peneliti Tamu di Precourt Institute Gita Wirjawan, Direktur Hoover Institution dan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Dr. Condoleezza Rice dan Dekan Stanford Doerr School of Sustainability, Dr. Arun Majumdar. (Berbua)

Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Republik Indonesia AHY,sebagai pembicara utama dalam forum Southeast Asia Summit on Prosperity and Sustainability yang diselenggarakan di Universitas Stanford, Amerika Serikat, Selasa kemarin. (Foto: berbua)

Tinggalkan Balasan