Wartasentral.com, Banda Aceh – Salah satu sorotan utama dalam rilis data BPS Aceh, menyangkut dengan inflasi yang tercatat pada bulan Desember 2024.
Inflasi bulanan di Provinsi Aceh pada Desember 2024 tercatat sebesar 0,57 persen, sedangkan inflasi tahunan mencapai 2,17 persen.
“Angka ini, lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya dan menjadikan Aceh sebagai salah satu provinsi dengan inflasi tertinggi di Indonesia,” ungkap Kepala Kantor BPS Aceh Ahmad Rizwan Nasution, Kamis (2/1/2025).
Dalam acara tersebut, BPS Aceh merilis lima indikator utama yang menjadi sorotan pemerintah.
Kelima indikator tersebut meliputi inflasi, nilai tukar petani, harga produsen gabah, perkembangan sektor pariwisata, transportasi, serta ekspor-impor.
Rizwan mengungkapkan, rilis data itu merupakan komitmen BPS untuk terus memberikan pelayanan yang maksimal, dalam mendukung pembangunan di Aceh.
“Kami berharap kolaborasi antar sektor, dapat terus ditingkatkan untuk mengawal pembangunan Aceh yang lebih baik,” ceplosnya.
Salah satu faktor yang turut berkontribusi terhadap inflasi pada bulan Desember 2024, utaranya adalah kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Komoditas-komoditas yang menyumbang inflasi terbesar dalam kelompok itu, paparnya, antara lain telur ayam ras, ikan bandeng, ikan tongkol, beras, ikan kembung, dan minyak goreng.
“Telur ayam ras, menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil terbesar, dengan kontribusi sebesar 0,10 persen terhadap inflasi,” imbuh Rizwan.
Pj Gubernur Safrizal, menyampaikan keprihatinannya terhadap kenaikan inflasi tersebut.
Inflasi di bulan Desember 2024, ucapnya, cukup signifikan, terutama jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
“Inflasi tahunan kita, mencapai 2,17 persen dan ini menunjukkan kita perlu waspada terhadap perkembangan ini, terutama menjelang bulan Januari dan Februari 2025,” ujarnya.
Ia pun, memberikan apresiasi kepada BPS Aceh atas kontribusinya dalam menyediakan data yang mendukung perumusan kebijakan pemerintah.
“Kami mengapresiasi BPS, yang telah menyediakan data yang sangat penting untuk pembangunan daerah. Komitmen BPS dalam terus meningkatkan kualitas data, sangat kami hargai,” tegasnya.
Pj Gubernur juga menyoroti kenaikan harga ikan, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi.
“Ikan bandeng, tongkol dan kembung menyumbang inflasi. Perlu dipelajari lebih lanjut mengapa harga ikan ini naik, apakah dipengaruhi oleh faktor cuaca atau masalah distribusi,” titahnya.
Selain ikan, beras juga menjadi komoditas yang memberikan kontribusi terhadap inflasi, meskipun Aceh dikenal sebagai provinsi yang swasembada beras.
“Beras, menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen. Padahal Aceh adalah provinsi yang swasembada beras. Kami perlu memeriksa, apakah kenaikan harga beras ini disebabkan masalah distribusi, cuaca atau bencana alam,” lanjut Safrizal.
Ia menegaskan, meskipun kenaikan harga ikan dapat dimaklumi lantaran faktor musiman atau cuaca, kenaikan harga beras seharusnya dapat dihindari, mengingat Aceh sebagai produsen utama beras.
“Kami berharap kenaikan harga beras dapat dicegah, karena Aceh seharusnya tidak mengalami masalah dalam hal pasokan beras,” tambahnya.
Safrizal juga mengingatkan, inflasi yang tinggi pada bulan Desember 2024, harus menjadi perhatian serius.
“Kenaikan inflasi yang cukup besar pada bulan Desember, perlu segera ditindaklanjuti. Kami harus memastikan agar distribusi barang-barang kebutuhan pokok, berjalan lancar dan harga-harga dapat terkendali,” pintanya.
Ia juga mengungkapkan harapannya, agar semua pihak bekerja sama untuk menanggulangi inflasi yang tinggi, terutama dalam menghadapi bulan-bulan mendatang.
“Kita harus terus berkolaborasi, untuk menjaga stabilitas ekonomi Aceh. Pemerintah, akan terus berupaya mengendalikan inflasi dan memastikan kondisi ekonomi tetap baik bagi masyarakat,” tegasnya. (Bermer)