Ekbis  

Keanggotaan Indonesia di BRICS, Langkah Strategis Menatap Masa Depan

Keanggotaan Indonesia di BRICS, Langkah Strategis Menatap Masa Depan
Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR RI Marwan Cik Asan. (Foto : Ist)
Bagikan:

Wartasentral.com, Jakarta – Anggota Komisi XI DPR RI Marwan Cik Asan, menyambut baik strategi politik luar negeri pemerintah, dengan menjadi anggota penuh BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

Menurutnya, keanggotaan Indonesia di BRICS secara penuh, merupakan langkah strategis menatap masa depan.

“Ini adalah, langkah strategis yang patut diapresiasi. Bergabung dengan BRICS ini, merupakan langkah strategis Indonesia menatap masa depan,” kata Marwan kepada wartawan, Rabu, (8/1/2025).

Ia mengemukakan, keanggotaan Indonesia di BRICS menunjukkan keberanian dan tekad pemerintahan Prabowo Subianto, dalam mengejawantahkan politik luar negeri bebas aktif.

“Bergabung dengan BRICS, bukan berarti Indonesia bergabung dengan kubu tertentu, melainkan partisipasi aktif dalam semua forum internasional, serta memperkuat posisi Indonesia di kancah global,” tegasnya.

Marwan membeberkan, empat alasan ia mendukung keanggotaan Indonesia di BRICS.

Pertama, BRICS memberikan akses ke pasar yang lebih luas, dengan total populasi negara anggota sekitar 3,5 miliar orang atau 42 persen dari populasi dunia.

Ia menilai, itu membuka peluang besar bagi produk dan jasa Indonesia, untuk bersaing di pasar internasional yang lebih besar.

Kedua, keanggotaan dalam BRICS, memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dan mengurangi ketergantungan pada ekonomi Barat.

Dalam konteks global yang semakin multipolar, lanjut Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR RI itu, diversifikasi hubungan ekonomi adalah strategi yang bijaksana.

Ketiga, Indonesia dapat memanfaatkan New Development Bank (NDB), yang dimiliki anggota BRICS, sebagai alternatif pendanaan untuk proyek-proyek infrastruktur.

Marwan memandang, itu bisa mempercepat pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan di Indonesia, tanpa harus bergantung pada lembaga keuangan Barat.

Keempat, keanggotaan itu memberi Indonesia akses ke teknologi, investasi, dan pasar baru.

“Hal ini sejalan dengan upaya kita, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen dan memperkuat fundamental perekonomian nasional,” imbuhnya.

Marwan menegaskan, keanggotaan tersebut juga menghadirkan peluang strategis, untuk ikut serta dalam inisiatif dedolarisasi, yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada dolar AS, dalam perdagangan internasional.

Namun, ia mengingatkan langkah bergabung BRICS juga membawa beberapa risiko, yang perlu diantisipasi.

“Salah satunya, potensi ketegangan geopolitik, terutama mengingat persaingan antara AS dan China, yang semakin intensif, adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi,” tekannya.

Kemudian, lanjutnya, risiko politik dari negara-negara Barat, juga menjadi perhatian penting.

“Sebagai anggota BRICS, Indonesia berpotensi menghadapi tekanan diplomatik dan ekonomi dari negara-negara Barat, yang mungkin melihat langkah ini sebagai pergeseran geopolitik, yang tidak sejalan dengan kepentingan mereka,” tatar Marwan.

Lantaran itu, ia memandang, pemerintah perlu mengantisipasi tekanan, dengan strategi diplomasi yang cermat dan menjaga keseimbangan hubungan dengan semua pihak.

Marwan meminta pemerintah hati-hati menjaga keseimbangan diplomatik, terutama dalam menghindari tekanan dari negara-negara Barat.

Lebih lanjut, Marwan meminta pemerintah memastikan kebijakan itu, memberikan manfaat besar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia.

Ia mengutarakan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

Ia mencontohkan penguatan infrastruktur nasional, fokus peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar global, serta meningkatkan dukungan kepada sektor UMKM.

“Tak kalah penting juga kebijakan yang mendukung inovasi dan penelitian, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pasar tetapi juga produsen teknologi dan inovasi yang memiliki nilai tambah tinggi,” kata Marwan.

Pemerintah, selanya, harus dapat memastikan keanggotaan Indonesia dalam BRICS, benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat.

Sebelumnya, Brasil sebagai pemegang Lresidensi BRICS tahun ini, mengumumkan Indonesia telah resmi menjadi anggota organisasi internasional tersebut.

“Indonesia, yang memiliki populasi dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki kesamaan pandangan dengan anggota-anggota BRICS lainnya, terkait dengan dukungan atas reformasi institusi global dan kontribusi positif, untuk menguatkan kerja sama antara negara-negara Selatan Global,” demikian pernyataan pemerintah Brasil. (Berbua)

Tinggalkan Balasan