Wartasentral.com, Kota Depok – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, menjunjung tinggi kebhinekaan dalam berbagai kegiatan. Salah satunya saat menyambut Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono, yang hendak membuka LLP Kota Depok, disambut dengan seni Sunda, di Lapangan Sepak Bola Merpati, Senin (4/3/24).
Sebelum Wakil Wali Kota memasuki lapangan, Disdik Depok mempersembahkan Seni Sunda kepadanya, bukan seni Betawi Melayu yang merupakan identitas warga Kota Depok.
Lantaran itu, Sekretaris Disdik Kota Depok menjelaskan, alasan menyambut dengan seni Sunda bukan dengan seni Betawi Melayu, lantaran masyarakat Kota Depok hidup dalam kebhinekaan.
“Terkait penyambutan tadi kita memakai seni Sunda, karena dalam pendidikan tidak bisa hanya memilih satu seni budaya untuk kita tampilkan. Setiap kegiatan, kita selalu bergantian menampilkan seni budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Nah, kebetulan hari ini, kita tampilkan seni budaya Sunda,” paparnya, usai pembukaan LLP.
Padahal, lanjutnya, jika merunut kaitan kebhinekaan, salah satu indikator merdeka belajar adalah kebhinekaan.
“Tidak boleh kita hanya tampilkan seni budaya Betawi saja, hanya karena Depok ini budayanya Betawi Melayu.
Kita layak tampilkan budaya diluar seni Betawi,” ujarnya
Sutarno menganalogikan, ada siswa SD Sukatani 2 yang menjadi juara 1 dongeng bahasa sunda. Padahal, imbuhnya, siswa tersebut adalah suku Jawa.
“Kalau di dunia pendidikan, tidak bisa memilih, Kebhinekaan itu salah satu indikator di tujuan merdeka belajar. Untuk itulah Disdik Depok menunjung tinggi kebhinekaan,” ulasnya.
Ia mengemukakan, jadi pembentukan profil pelajar Pancasila satu sama lain itu, kebhinekaan harus di junjung tinggi.
Profil Pelajar Pancasila, adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi, terdiri dari enam kompetensi, menjadi ciri-ciri profil pelajar Pancasila.
Profil ini, mencerminkan kualitas generasi yang sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional, serta pandangan dan cita-cita para pendiri bangsa.
Selanjutnya, pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia, sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Enam kompetensi ciri-ciri pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis dan kreatif.
Mengutip dari Kompas.com,Menurut buku Fatwa-fatwa di Indonesia (2023) oleh Fuad Thohari, makna dari kebhinekaan adalah kesadaran terhadap perbedaan.
Termasuk perbedaan terhadap dalam keyakinan agamanya, sehingga harus saling menghormati dan tidak memaksakan keyakinan tersebut kepada orang lain.
Sementara menurut pskp.kemdikbud.go.id, Kebhinekaan diberi pengertian atau makna dengan mengadaptasi konsep multikulturalisme.
Yaitu, adanya kesediaan untuk menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa ataupun agama.
Sedangkan bhuanajaya.desa.id menyebut, Kebhinekaan merupakan konsep yang menghargai dan merayakan perbedaan suku, agama, ras, dan budaya dalam satu lingkungan yang harmonis. Konsep ini sangat penting dalam menciptakan kerukunan dan toleransi sosial. (Rik)